Cari Blog Ini

Halaman

Jumat, 26 Desember 2025

Sam Poo Kong: Kisah Penjelajah Muslim Laksamana Cheng Ho

 


Wisata sejarah Bongsari di Semarang
Salah satu tujuan perjalanan saya ke Semarang adalah untuk mengunjungi salah satu warisan sejarah Tiongkok. Tempat wisata di Bongsari memiliki banyak cerita menarik untuk diceritakan. Gapura khas Tiongkok dengan ukiran yang cukup rumit menyambut saya saat memasuki kawasan Sam Poo Kong. Semakin masuk ke kompleks klenteng, arsitektur merah dan emas menjadi lebih dominan, menciptakan suasana pecinan yang khas.

Situs peninggalan Laksamana Cheng Ho abad ke-15


Area bangunan yang terbuka dengan halaman dan jalan setapak memungkinkan pengunjung berjalan di sekitar klenteng dengan leluasa. Selain menikmati suasana spiritual tempat ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan.


Sam Poo Kong bukan hanya klenteng; itu adalah situs sejarah yang menggabungkan tradisi Jawa, Tiongkok, dan Islam. Sepertinya cagar budaya dan kompleks ibadah ini memiliki hubungan dengan penjelajah maritim Muslim terkenal dari abad ke-15, Laksamana Cheng Ho, atau Zheng He. Dia pernah melakukan perjalanan ke beberapa daerah di Asia Tenggara, termasuk Jawa, terutama Semarang.


Bukan hanya sekadar klenteng, Sam Poo Kong merupakan situs sejarah yang memadukan budaya Jawa, Tiongkok, dan Islam. Konon, cagar budaya yang sekaligus menjadi kompleks ibadah ini memiliki keterkaitan dengan penjelajah maritim Muslim legendaris abad ke-15, Laksamana Cheng Ho, atau yang juga dikenal dengan nama Zheng He. Ia tercatat pernah melakukan ekspedisi ke beberapa wilayah di Asia Tenggara, termasuk Jawa, khususnya Semarang.

Selama di Pulau Jawa, Cheng Ho menggunakan Sam Poo Kong sebagai tempat istirahat dan pusat aktivitasnya. Patung Cheng Ho berukuran besar berdiri di tengah kompleks Sam Poo Kong. Patung ini dibuat untuk berterima kasih atas upayanya untuk membangun hubungan baik antara masyarakat Tionghoa dan Nusantara.

Tempat wisata budaya yang masih berfungsi sebagai tempat ibadahKompleks Sam Poo Kong juga memiliki beberapa klenteng yang masih digunakan. Bangunan utamanya terdiri dari beberapa hall besar yang biasanya digunakan untuk kegiatan keagamaan. Lampion-lampion merah menghiasi area ini, menambah kesan sakral.



Dengan tujuan untuk memberikan keharmonisan dan keberuntungan bagi pengunjung, bangunan Sam Poo Kong, seperti banyak bangunan Tionghoa lainnya, terus menerapkan prinsip-prinsip feng shui untuk menyeimbangkan elemen alam. Salah satu ciri khas bangunan yang terinspirasi dari budaya Tionghoa adalah atap melengkung dengan ujung yang terangkat ke atas. Selain menjadi estetis, desain ini memungkinkan sirkulasi udara yang sesuai dengan iklim tropis Semarang. Di sekeliling bangunan terdapat ukiran yang sangat teliti yang menggambarkan mitologi Tionghoa dan gambar seperti naga, bunga teratai, dan awan.


Arsitektur klenteng khas Tiongkok dengan sentuhan lokal Jawa

Meskipun desain klenteng ini sangat kental dengan budaya Tionghoa, pengaruh budaya lokal tetap terlihat. Hal tersebut tampak dari penggunaan aksen kayu dan batu alam yang menjadi ciri khas arsitektur tradisional Jawa.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wisata Tanah Sunda: Perpaduan Alam dan Budaya

  Tanah Sunda selalu memikat. Setiap sudutnya membawa ketenangan, dari pegunungan yang diselimuti kabut pagi hingga gemericik curug yang jat...